12 Desember 2022 - 15:55
Syahid Qassem Solemaini Memiliki Peran Penting dalam Penumpasan ISIS di Irak

Dalam pidato peringatan kekalahan kelompok teroris ISIS di Irak, kepala Hasyd al-Syaabi menekankan peran Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan Syahid Abu Mahdi Al-Muhandis dalam kekalahan kelompok teroris tersebut.


Menurut Kantor Berita ABNA,  Faleh Al-Fayyad, kepala organisasi Hasyd al-Syaabi Irak, Minggu lalu, dalam sebuah pernyataan dalam rangka peringatan lima tahun kekalahan ISIS (Nusr Day), menegaskan, “Kemenangan Irak atas terorisme merupakan sumber kebanggaan bagi generasi masa depan negara ini.”


Dia menambahkan, “Kemenangan atas terorisme dicapai dengan upaya dan perjuangan para syuhada, dan para syuhada kemenangan (Letnan Jenderal Martir Haji Qasim Soleimani dan Komandan Syuhada Abu Mahdi Al-Muhandis) berada di puncak mereka. Irak dibebaskan dengan darah para syuhada dan faktor ini menghancurkan setiap perpecahan di antara rakyat Irak.”


“Kita semua membela martir Irak Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis dan kita akan memasuki medan perang seperti mereka.” Tambahnya. 


Al-Fayyad, sambil menentang kendali pihak asing di masa-masa sulit dan mampu menjadi model nasional bagi semua warga Irak mengatakan, “Tentu saja, semua lapisan bangsa Irak berperan dalam kemenangan atas ISIS, dan pencapaian besar ini harus dipertahankan dalam situasi di mana musuh kita diam-diam mengejar keinginan jahat mereka.”


Kepala organisasi Hasyd al-Syaabi menekankan bahwa kemenangan atas terorisme merupakan faktor penting dalam menciptakan persatuan di Irak, dan menambahkan, “Banyak konspirasi dilakukan terhadap kemenangan ini untuk mengganggu keamanan, perdamaian dan stabilitas politik dan sosial di Irak.”


Dia mengklarifikasi, “Hasyd al-Syaabi adalah organisasi keamanan dengan kepentingan kesadaran politik, dan ini adalah titik pembeda dari organisasi ini. Kewaspadaan adalah senjata yang digunakan Hasyd al-Syaabi untuk menghadapi musuhnya dan musuh bangsa Irak.”


Menekankan perlunya memberikan kesempatan kepada pemerintah Irak yang baru untuk mengimplementasikan reformasi sosial dan proyek-proyek pembangunan, Faleh Al-Fayaz menambahkan, ”Pasukan Mobilisasi Populer dan pasukan keamanan Irak memiliki kemampuan untuk menjaga keamanan, tetapi masalah yang paling urgen adalah menjaga keamanan sosial.”


Disebutkan, Hasyd al-Syaabi atau Mobilisasi Rakyat Irak adalah kesatuan militer yang berafiliasi dengan lembaga keamanan Irak, yang  bertugas membantu tentara di bawah pengawasan Panglima Angkatan Bersenjata Irak, dan sebagian besar anggotanya adalah Syiah. Hasyd al-Syaabi dibentuk dalam situasi darurat akibat serangan ISIS di Irak pada tahun 2014 dan legitimasinya semakin diperkuat dengan keluarnya fatwa Jihad melawan ISIS oleh Ayatullah Sayid Ali Sistani, seorang ulama marja taklid Syiah di Najaf. 


Hasyd al-Syaabi mencakup lebih dari 40 kelompok militer dan lebih dari 100.000 tentara, termasuk Syiah, Sunni, Kristen, Arab, Turkmens, dan Kurdi. Sayap militer Organisasi Badr, Issa'ib Ahl al-Haq, Kata'ib Hizbollah dan Saraya al-Utbat termasuk di antara kelompok Hasyd al-Syaabi.


Hasyd al-Syaabi telah dianggap efektif dalam perang melawan ISIS. Pasca tumbangnya ISIS, organisasi ini membersihkan sisa-sisa ISIS dan juga aktif dalam bakti sosial. Menurut UU organisasi Hasyd al-Syaabi, kelompok ini, seperti pasukan militer Irak lainnya, dilarang melakukan aktivitas politik.


Pemerintah Amerika Serikat dan Arab Saudi telah menuntut pembubaran atau integrasi Hasyd al-Syaabi ke dalam tentara Irak, dan Amerika Serikat telah menyerang pangkalan Hasyd al-Syaabi di Irak pada tahun 2018 dan 2021. Di sisi lain, Suriah, Republik Islam Iran, dan Hizbullah Libanon dianggap sebagai pendukung kelompok ini. Moqtada al-Sadr, seorang ulama Syiah dan aktivis politik dari Irak, juga menyerukan integrasi Hasyd al-Syaabi dalam tentara Irak dan, sementara Sayid Kazhim Hairi, salah seorang ulama marja taklid Syiah di Irak berpandangan lain. Ia menganggap dianggap sebagai kekuatan independen dari Hashd al-Shaabi diperlukan untuk menjaga keamanan Irak.


Falah Fayyadh adalah komandan dan Hadi Ameri adalah wakil dari Hasyd al-Syaabi. Sebelumnya, Abu Mahdi Muhandis adalah wakil Hasyd al-Syaabi, yang gugur syahid bersama Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds Iran, dalam operasi teroris oleh pemerintah AS.Sesuai dengan aturan 0rganisasi Hasyd al-Syaabi yang telah disetujui oleh Parlemen Irak, pengangkatan pimpinan kesatuan ini dan lebih tinggi, sebagaimana kesatuan militer lainnya, setelah diajukan oleh Perdana Menteri akan ditetapkan oleh parlemen. Namun berdasarkan surat perintah pengadilan nomor 331 tertanggal 17 September 2019 yang dikeluarkan perdana menteri saat itu Adil Abdul Mahdi, pimpinan Hasyd al-Syaabi memiliki wewenang untuk menunjuk komandan dan pimpinan atas nama Perdana Menteri dan menyerahkannya kepada Komando Umum Angkatan Bersenjata untuk disetujui.


Rex Tillerson, Menteri Luar Negeri AS saat itu, sekitar setahun setelah persetujuan undang-undang Organisasi Hasyd al-Syaabi, menyebut organisasi ini sebagai kelompok milisi paramiliter Iran dan meminta agar dibubarkan atau diintegrasikan ke dalam Tentara Irak. Para analis menilai kehadiran beberapa kelompok Hasyd al-Syaabi yang berpengaruh, seperti Korps Badr, Asa'ib Ahl al-Haq, dan Kataib Hizbollah, yang menuntut penarikan pasukan Amerika dari Irak yang membuat AS tidak menyepakati pembentukan Hasyd al-Syaabi. Sebagian analis lainnya berpendapat penentangan AS pada Hasyd al-Syaabi disebabkan kedekatan organisasi ini pada Iran dan Sayid Ali Sistani dan juga kekhawatiran AS akan pengaruh organisasi dalam pemilu Irak. Menteri Luar Negeri Saudi saat itu juga, sekitar Juni 2016 menganggap Hashd sebagai penyebab ketegangan sektarian dan menuntut pembubarannya.


Pada tanggal 3 Maret 2022, Presiden Suriah Bashar al-Assad bertemu dengan komandan Hasyd al-Syaabi, dan dalam pertemuan itu, ia menekankan untuk menghadapi negara-negara pendukung teroris. Demikian pula, menurut Hadi Ameri, wakil Hasyd al-Syaabi, pada 16 November 2016  Bashar Assad mengundang Hasyd al-Syaabi pergi ke Suriah untuk melawan ISIS setelah pembebasan Irak. Sayid Ali Khamenei, pemimpin Republik Islam Iran, juga, dalam percakapan dengan Sayid Ammar Hakim, ketua Dewan Tertinggi Islam Irak, ia menyebut Hasyd al-Syaabi sebagai modal kekuatan rakyat Irak yang harus didukung. Juga Sayid Hasan Nasrallah, pada 19 Agustus 2021 menganggap penguatan Hasyd al-Syaabi diperlukan untuk mempertahankan keamanan Irak.